MAMUJU –Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi Sulbar kembali merilis perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Sulbar bulan Februari 2024, secara virtual Jumat 1/3/2024.
Kepala BPS Sulbar Tina Wahyufitri menyampaikan Inflasi Sulbar, untuk Inflasi bulan ke bulan 0,08 persen, inflasi tahun ke tahun 2,22 persen dan inflasi tahun kalender 0,15 persen.
Inflasi ini dipicu kenaikan harga pada kelompok makanan minuman dan tembakau sebesar 0,25 persen dengan andil inflasi 0,09 persen. Kelompok pengeluaran lainnya seperti transportasi 0,18 persen dengan andil inflasi 0,02 persen dan kelompok penyediaan makanan dan minuman, restoran 0,7 dengan andil inflasi 0,01 persen.
Untuk kelompok mengalami deflasi adalah kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga 0,13 persen dengan andil deflasi 0,02 persen.
Melihat inflasi tahunan pada Februari 2024, yakni 2,22 yoy. Angka ini lebih rendah daripada Januari 2024. Ini didorong kenaikan harga kelompok makanan minuman dan tembakau 1,48 persen, dan kelompok penyediaan makanan dan minuman resotaan 0,54 persen dan kelompok transportasi 0,14 persen.
Melihat perkembangan Inflasi di dua kabupaten IHK, di Mamuju dan Majene, untuk inflasi Mamuju inflasi 1,63 persen yoy, sementara Majene 2,59 persen yoy.
“Beberapa komoditas utama pemberi andil seperti Beras kemudian Cabe merah dan Ikan Tuna. peningkatan harga beras disebabkan berkurangnya stok di pasar. Sementara untuk cabe merah mengalami kenaikan karena jumlah pasokan yang masuk mengalami penurunan. Untuk Ikan Tuna mengalami kenaikan harga karena hasil tangkapan yang berkurang,”
PJ Gubernur Sulbar Prof. Zudan Arif Fakrulloh turut hadir pada press release BPS Sulbar menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada sejumlah pihak sehingga inflasi Sulbar tetap terkendali. Bahkan terus menunjukkan kemajuan.
Terlihat, kata Zudan, dengan inflasi 2,22 persen yoy pada Februari 2024 ini lebih rendah dari rata-rata nasional, yakni 2,7 persen yoy. Angka tersebut menjadikan Sulbar di posisi lima terbaik pengendalian inflasi se- Indonesia.
“Ini terima kasih dukungan dari bps , BI rekan media dan masyarakat. Kita harus menjaga agar harga tetap terkendali di bulan Maret, karena Maret ini mulai masuk bulan ramadan,” ucap Zudan.
Untuk mengantisipasi inflasi saat ramadan, Sestama BNPP ini mendorong pemerintah di enam kabupaten memasifkan pasar murah.
“Pasar murah ini sangat membantu masyarakat mendapatkan bahan pangan pokok dengan harga murah. Dan strateginya adalah stop boros pangan, mengolah bahan makanan secukupnya, belanja di restoran secukupnya,” pungkasnya. (Rls/am)