JAKARTA – Anggota tim 8 Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Sudirman Said, menyebut hasil survei sejumlah lembaga menunjukkan elektabilitas bakal calon presiden Anies Baswedan masih mengalami kenaikan. Padahal, kata dia, Anies adalah kandidat yang paling banyak mengalami hambatan dan tekanan.
Sudirman menyatakan kenaikan elektabilitas Anies tersebut patut disyukuri. “Bahkan dalam kondisi yang memiliki tekanan luar biasa sekali pun, angka elektabilitas Anies masih mengalami kenaikan dari waktu ke waktu,” kata Sudirman dalam keterangannya, Kamis, 25 Mei 2023.
“Hal ini terjadi semata-mata karena memang eranya Pak Jokowi sudah akan selesai, baik karena tuntutan konstitusi maupun tuntutan situasi,” kata bekas Menteri ESDM tersebut.
Menurut Sudirman, gelaran Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 adalah momentum terbaik untuk menyediakan kebaruan, perbaikan, dan penyempurnaan dalam tata cara bernegara. Dalam suasana ini, Sudirman menyebut pihak yang paling punya kesempatan adalah sosok yang mampu memberikan gagasan dan agenda perbaikan, alih-alih sekadar punya semangat meneruskan program.
Sebelumnya, sejumlah lembaga survei menyebutkan elektabilitas Anies Baswedan stagnan bahkan cenderung turun. Eks Gubernur DKI Jakarta itu disebut semakin tertinggal jauh dari para pesaingnya, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Survei Divisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kompas misalnya. Survei yang digelar pada 29 April-10 Mei 2023 itu menyebutkan elektabilitas Anies hanya 13,6 persen, tertinggal dari Prabowo yang memiliki elektabilitas 24,5 persen, dan Ganjar 22,8 persen.
Elektabilitas Prabowo ini meningkat hingga 6,4 persen dibanding survei Januari 2023 yang berada di angka 18,1 persen. Sementara Ganjar mengalami penurunan elektabilitas sebesar 2,5 persen dari 25,3 persen pada Januari 2023. Lalu untuk perolehan suara Anies nyaris tak berubah dari hasil survei sebelumnya sebesar 13,1 persen atau hanya naik 0,5 persen.
Survei teranyar Lingkaran Survei Indonesia (LSI) juga menunjukkan Prabowo Subianto unggul di peringkat pertama dengan elektabilitas 33,1 persen. Ganjar Pranowo berada di posisi kedua dengan 31,8 persen dan Anies di posisi ketiga dengan 25,3 persen.
Dalam perjalanannya untuk bertarung pada Pilpres 2024, Anies Baswedan dan Koalisi Perubahan untuk Persatuan menghadapi sejumlah hambatan. Misalnya ketika safari politik Anies di Aceh terhambat izin penggunaan tempat dari pemerintah setempat.
Selain itu, ada juga insiden perusakan baliho Anies oleh orang tak dikenal di Jember, Jawa Timur, pada awal bulan ini. Saat itu, acara Anies menyapa masyarakat di Jember berbarengan dengan acara calon presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Ganjar Pranowo.
Partai NasDem, satu dari tiga partai pengusung Anies, juga dinilai dikucilkan dari koalisi pendukung pemerintahan Presiden Jokowi. Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, menjadi satu-satunya ketua umum partai pengusung koalisi yang tak diungan Presiden Jokowi ke Istana dalam pertemuan awal bulan lalu.
Sebelumnya, Anies Baswedan bahkan sempat disebut akan dijegal untuk maju pada Pilpres 2024 dengan mentersangkakannya dalam dugaan korupsi penyelenggaraan balapan Formula E. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri disebut sempat ingin memaksakan kasus ini segera dinaikkan ke tahap penyidikan meskipun belum ada alat bukti yang cukup. (Sumber: .tempo.co)