Serius Industrikan Pisang Kepo di Sulbar, Pj Bahtiar Boyong OPD nya Studi Lapang Pisang di Tanralili Maros

MAKASSAR — Pemprov Sulawesi Barat semakin intens melakukan pendalamam pemahaman budi daya pisang berbasis industri. Semenjak Pj Bahtiar Baharuddin bertugas sebagai Penjabat Gubernur Sulbar, antusiasme warga dan OPD Pemprov Sulbar mengembangkan budidaya hortikultura terus meningkat. Tak tanggung tanggung mereka berkunjung ke sentra – sentra budidaya pisang seperti di Kabupaten Bone dan Kabupaten Maros. Bahkan mereka ditemani pejabat nomor satu di Sulbar, Bahtiar Baharuddin. Seperti yang terlihat Minggu (7/7/2024) di Kecamatan Tanralili Maros.

“Selama ini pemahaman kita hanya sekadar nanam pisang saja. Dan ternyata setelah kami melakukan dan melihat langsung di sini bernwda dengan cara yang kita biasa lakukan. Termasuk disejumlah anakan rupanya perlu dibatasi” ujar M.Arsyad dari Balai Benih Tanaman Pangan dam Hortikultura Pemprov Sulbar.

Di areal lahan kebun pisang kepo seluas 4 hektar tersebut Pj Bahtiar Baharuddin mengajak OPD nya melihat dan belajar langsung budi daya pisang.

Jenis pisang yang ada di Maros ini adalah pisang Kepok Tanjung. Pisang itu ditanam langsung oleh Bahtiar sebelum dirinya menjabat sebagai Pj Gubernur Sulsel.

“Saya ajak teman-teman Sulbar belajar langsung, karena belajar yang baik itu adalah ke lapangan langsung. Kita punya lima Pelabuhan di Sulbar, setiap kapal bawa pisang ke Kalimantan minimal dua kapal per hari, dikirim ke Makassar dan Palu,” jelas Bahtiar kepada Herald usai kunjungan.

Ia mengaku, budi daya tanaman pisang ini sangat menjanjikan. Dengan demikian, pihaknya mendorong agar ASN Pemprov Sulbar bisa juga punya lahan sendiri dan menanam pisang.

“Budidaya pisang kepok, mas dan raja sangat menjanjikan. Maka saya kasih liat kawan-kawan (Pemprov Sulbar) contoh budi daya pisang kepok tanjung yang saya lakukan sebelum jadi Pj Gubernur Sulsel. Itu (milik) pribadi, di Tanralili,” sebut Bahtiar.

Eks Pj Gubernur Sulsel ini juga menambahkan, pisang kepok tanjung miliknya bisa menghasilkan Rp900 juta sekali panen dengan luas lahan 4 hektare.

“Saya hitung-hitung buah pertama bisa hasilkan Rp900 juta, paling jeleknya Rp600 juta. Tapi sebenarnya itu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak harus dengan biaya mahal. Pisang ini budi daya yang tidak pakai modal besar, karena bahan baku sudah dialam,” kata Bahtiar.

“Masyarakat perlu rajin saja, ambil anaknya, lalu diajarkan cara mengambil anakan, bagaimana mengatur jarak, merawat. Ini harus diedukasi masyarakat,” tambahnya.

Apalagi ucap dia, di Sulbar, pohon pisang sudah tumbuh di mana-mana. Sehingga masyarakat hanya menambah wawasan tentang bagaimana cara merawat pisang dengan baik.

Bahtiar manargetkan budidaya pisang di Sulbar akan berkembang pesat seiring menanam pisang telah menjadi budaya warga setempat. Bahkan setiap hari pisang asal Sulbar diangkut menggunakan kapal menuju Kalimantan Timur, Surabaya dan Sulawesi Selatan. Artinya pisang asal Sulbar diminati oleh warga Indonesia. Sekarang lanjut Bahtiar dirinya akan mendorong agar pola penanaman pisang lebih bersifat industri dan bisnis. Bahkan dia yakin kelak Sulbar akan mencatatkan sebagai daerah pengekspor pisang terbaik di tanah air. (Rls/am)