Perang Rusia Ukraina Bisa Puluhan Tahun

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev MemprediksI

ilustrasi

JAKARTA– Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev menerka konflik di Ukraina dapat berlangsung selama beberapa dekade. Dia menyebut negosiasi dengan Ukraina tidak mungkin dilakukan selama Presiden Ukraina yang didukung Barat Volodymyr Zelensky berkuasa.

“Konflik ini akan berlangsung sangat lama. Selama beberapa dekade, mungkin. Ini adalah realitas baru,” kata Medvedev, sekutu Presiden Vladimir Putin, seperti dikutip Reuters dari kantor berita Rusia, Jumat, 26 Mei 2023.

Medvedev mengatakan Rusia tidak dapat mempercayai gencatan senjata dengan penguasa Kyiv saat ini sebab konflik akan meletus lagi dan sifat pemerintahan Ukraina saat ini harus dihancurkan. Negosiasi, dengan “badut Zelensky”, katanya tidak mungkin dilakukan.

“Semuanya selalu berakhir dengan negosiasi, dan ini tidak bisa dihindari, tetapi selama orang-orang ini berkuasa, situasi Rusia tidak akan berubah dalam hal negosiasi,” kata Medvedev.

Invasi Rusia ke Ukraina pada 2022 telah memicu konflik Eropa paling mematikan sejak Perang Dunia Kedua. Perang menandakan konfrontasi terbesar antara Moskow dan Barat sejak Krisis Misil Kuba 1962.

Ratusan ribu orang telah tewas akibat invasi Rusia ke Ukraina. Banyak juga yang terluka parah dalam konflik tersebut, yang dipicu oleh gesekan pada 2014 setelah seorang presiden pro-Rusia digulingkan dalam pemberontakan rakyat Maidan Ukraina. Rusia mencaplok semenanjung Krimea dan separatis yang didukung Rusia merebut petak-petak timur Ukraina.

Medvedev menampilkan dirinya sebagai modernisator liberal ketika dia menjadi presiden dari 2008-2012. Namun saat ini dia kerap muncul sebagai ‘Kremlin hawk’ yang sangat anti-Barat. Para diplomat mengatakan pandangannya memberikan indikasi pemikiran di tingkat atas elit Kremlin.

Sinyal Nuklir

Medvedev juga memperingatkan bahwa Barat secara serius meremehkan risiko perang nuklir atas Ukraina. Dia memperingatkan bahwa Rusia akan melancarkan serangan pendahuluan jika Ukraina mendapatkan senjata nuklir.

Rusia, yang memiliki persenjataan nuklir terbesar di dunia, telah berulang kali menuduh Barat mengobarkan perang proksi dengan Rusia atas Ukraina yang dapat berkembang menjadi konflik yang jauh lebih besar.

“Ada hukum perang yang tidak dapat diubah. Jika menyangkut senjata nuklir, harus ada serangan pendahuluan,” kata Medvedev.

Mengizinkan senjata nuklir Ukraina – sebuah langkah yang tidak pernah diusulkan oleh negara Barat – akan berarti “sebuah rudal dengan muatan nuklir datang ke mereka”, kata Medvedev seperti dikutip. “Anglo-Saxon tidak sepenuhnya menyadari hal ini dan percaya bahwa ini tidak akan terjadi. Ini akan terjadi dalam kondisi tertentu.”

Barat mengatakan ingin membantu Ukraina memenangkan konfliknya dengan Rusia. Kekuatan Barat telah memasok senjata modern dan amunisi dalam jumlah besar ke Kyiv. Tetapi Presiden AS Joe Biden telah memperingatkan bahwa konfrontasi langsung antara aliansi NATO yang didukung AS dan Rusia akan mengakibatkan Perang Dunia Ketiga.

Rusia mengatakan Washington tidak akan pernah mengizinkannya untuk mempersenjatai negara yang berbatasan dengan Amerika Serikat, dan Kremlin mengatakan Barat pada dasarnya sudah berperang dengan Rusia.

Ketika Ukraina memperoleh kemerdekaan setelah pecahnya Uni Soviet pada 1991, Ukraina menampung ribuan senjata nuklir. Ukraina menyerahkannya ke Rusia di bawah Memorandum Budapest 1994, dengan imbalan jaminan keamanan dan kedaulatan dari Rusia, Amerika Serikat dan Inggris. (Sumber: tempo.co)

Tinggalkan Balasan